Kamis, September 04, 2008

Bioskop Sena

Ketika saat membaca buku yang berjudul Sang Pemimpi tiba pada bagian Bioskop, aku jadi teringat bioskop sena bumiayu. Buku Sang Pemimpi ini adalah bagian dari tetralogi Laskar Pelangi,. Pada buku karangan Andrea Hirata itu diceritakan, karena untuk pelajar dilarang menonton, Ikal, Jimbron dan Arai punya rencana masuk ke bioskop dengan masuk lewat atap dan menunggu sampai 20 jam hanya karena tergoda poster besar yang menampakan perempuan dengan pakaian bikini. Suasana di bioskop yang semarak bila peran protagonis muncul dengan siutan dan tepuk tangan juga sangat mirip dengan suasana bioskop yang letaknya hanya 50 meter dari rumahku.

Bioskop Sena pernah mencapai puncaknya ketika belum muncul VCD Player dan televisi swasta sekitar tahun 1985 ke bawah. Penonton selalu memadati bioskop yang ada satu-satunya di kota Bumiayu waktu itu. Untuk Film best seller, bisa dipastikan penonton akan kesulitan mendapatkan tiket dan itu berarti surga bagi para calo tiket seperti ; Kardi, Koco, Wardi, Penjol, Karjon, Sisho dan lain-lain. Dengan modal tenaga, mereka bisa meraup pundi-pundi rupiah yang sangat lumayan waktu itu.Pundi-pundi itu akan semakin besar bila diputar film mid-night.

Untuk anak-anak kecil yang pengin nonton, kadang mereka ikut orang dewasa yang akan masuk ke bioskop meskipun tidak kenal. Kalau mujur, mereka bisa lolos, kalau penjaga semacam Bah Beger, Pak Dukro atau Maliki telilti, mereka bakal dibentak untuk keluar.Karena ketatnya penjagaan, Urip Sanud, tetanggaku yang sekarang jadi guru fisika, punya rencana yang persis dengan Ikal, Jimbron, dan Arai dalam buku Sang Pemimpi. Urip masuk bioskop ketika bioskop dibersihkan. Sebelum Bapak yang menyapu itu menutup pintu, Urip menyelinap masuk dan sembunyi di bawah bangku. Tapi celakanya karena alasan teknis, bioskop tidak jadi diputar. Terkurunglah Urip selama hampir 10 jam. Urip menangis sejadi-jadinya dan minta dibukakan pintu.

Hampir seperti bioskop-bioskop yang lain di Indonesia, Bioskop Sena tidak bisa mengikuti persaingan dengan televisi swasta dan maraknya VCD Player. Bioskop yang penuh kenangan itu hampir ambruk dalam arti yang sebenarnya. Gedung yang besar dan luas itu terlihat kusam dan tinggal menunggu waktu saja ...

Tidak ada komentar: