Kamis, Februari 28, 2008

Berkacalah Bumiayu ....!!!

Aku agak terkejut ketika mengetahui lauk yang dihidangkan pada makan siang di kantorku.Wader -atau dalam bahasa Bumiayu berarti Benter-dihidangkan dengan lalapan sangat mengudang selera .Anganku terbang jauh ke masa lalu ketika aku dan teman-teman sering mancing atau mekong yang berarti membendung sungai sampai akhirnya airnya habis dan ramai-ramai mencari ikan, ada benter, uceng, lele, urang,tawes dan sebagainya. Ada rasa bahagia yang tak terkira atau dalam bahasa mas Fami-tetangga saya- kemewahan dalam kesederhanaan.Terus yang terbayang di benaku adalah tempat dulu kami bermain, meminjam istilahnya bang Iwan,mandi di kali keruh, mancing welut di sawah dekat SMA Muhamadiyah, atau main bola di lapangan opseteran/kantor DPU atau di lapangan Ikada nonton bola di lapangan Asri yang kalau gol semua pada lari ke tengah lapangan atau kalau pas adu pinalti semua penonton masuk menyemut ke dekat gawang dan yang spetakuler adalah melihat gerak jalan atau karnaval. Semua warga bumiayu berbondong-bondong datang, semua tertawa, semua senang ...Bumiayu adalah kota kecamatan yang terletak wilayah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.Bumiayu adalah pusat aktivitas masyarakat di wilayah Brebes selatan, seperti Tonjong, Cirampok, Paguyangan, Bantarkawung dan Salem dan terletak di daratan tinggi dan dilalui jalur utama antara Purwokerto-Tegal.
Aku juga senang melihat perkembangan Bumiayu yang pesat, dimulai dengan dibangunnya jalan lingkar untuk mengatasi kemacetan setiap lebaran tiba, satu demi satu pembangunan terus digalakan.Tapi Aku kaget ketika tempat kami bermain dulu -opseteran/DPU-menjadi pasar, ada perasaan sedih dan kehilangan...aku juga tidak tahu bagaimana khabarnya lapangan asri, Kali Keruh/kali kalierang,juga khabarnya sawah yang menghijau di jalan menuju Langkap. Aku juga tidak tahu apakah masih banyak ikan di kali atau welut di sawah. masih dinginkah blere, adisana, negaradaha,kali nusu ...?
Semoga saja semangat deru pembangunan tidak memusnahkan ekositem yang ada di Bumiayu. Lihat apa yang terjadi di Kota Malang,kota yang terletak di dataran tinggi dan mempunyai cuaca yang sejuk sudah dilanda banjir di beberapa tempat dan cuaca berangsur-angsur menjadi panas.Hilangnya lahan terbuka, menjamurnya ruko, dan perencanaan tata kota yang tidak optimal ditambah belum sadarnya masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitarnya mempercepat rusaknya lingkungan dan terjadilah bencana yang terjadi hampir di seluruh nusantara.
Anganku terhenti ketika temanku menepuk bahuku. Kulihat Benter yang mengundang selera teringat pula kampung halamanku...Cepat-cepat kumakan, kres...gurih tapi tetap saja terbayang banjir, tanah longsor dan bencana lainnya di beberapa daerah.
Oh..Bumiayu berkacalah....!!!

Selasa, Februari 19, 2008

Copot Hati


Panas anaku-Hizran Muhammad Faza-belum juga turun padahal sudah Saya berikan obat dari dokter spesialis anak, malam itu 5 bulan yang lalu waktu anakku umur 7 bulan. Di termometer sudah menunjukan angka 40 derajat per air raksa ditambah muntah-muntah dan diare menambah cemas dan kuatir. Segera setelah Faza kelihatan sangat lemas aku bawa ke Rumah Sakit Umum Saiful Anwar sambil kudengar sayup-sayup gema adzan subuh. Setelah di periksa di UGD akhirnya Faza di suruh opname.Sebelum masuk ke ruang anak Faza diperiksa lagi oleh perawat jaga dan menunggu 1 jam – entah apa yang diperiksa lagi atau itu memang birokrasi rumah sakit- Saya tidak peduli yang penting anaku cepat ditangani .


Aku dan istriku sangat kaget ketika kami masuk dan melihat situasi di kelas 3 ruang anak ( kelas 1 penuh dan kelas 2 sedang direnovasi). Dengan satu ranjang ukuran 1,5 m X 1,5 m dibagi untuk dua anak dengan sekat besi, alas tidur yang keras dan banyak jamur tidak ada bantal dan terlihat anak yang satu ranjang dengan Faza yang terus diare, sepertinya kami tidak tega menidurkan anak kami di ranjang itu. Faza pun tidak mau masuk ruangan karena banyak anak yang menangis akhirnya faza dengan infusnya di gendong ibunya di depan ruang anak mulai dari jam 00.06 pagi sampai jam 10.00.


Kami – setelah melihat keadaan di kelas 3 – sepakat untuk memindahkan Faza di kelas 1 yang ternyata penuh dan tanpa punya pilihan lagi kelas pavilium jadi pilihannya. Celakanya lagi Pavilium Anggrek dan Cempaka juga penuh yang tersisa hanya Pavilium Dahlia yang merupakan kelas termahal di RSU yaitu Rp. 350.000,- ditambah biaya dokter Rp. 250.000,- per malam belum biaya untuk obat-obatan . Dengan bismillah dan mata terpejam aku anggukan kepala saja ketika perawat ruang menyodorkan angka-angka yag tidak nyaman itu. Yang penting Faza segera istirahat dan sembuh, masalah uang bisa dipikirkan belakang itu yang ada dipikiranku waktu itu


Nyes..terpaan mesin pendingin menyapa kedatangan kami, segera setalah itu Faza pun nyaman istirahat di tempat tidur yang bersih. Sambil rebahan di sofa yang bersih dan empuk – berbeda jauh dengan keadaan kamar kelas 3 – kulihat seisi ruangan. Persis hotel bintang 3 , batinku. Ada ac, kulkas, televisi dan setelah kutengok kamar mandinya pun ada bath tub dan air hangat.
Malampun datang tapi mataku sulit kupejamkan. Bermacam pikiran berkecamuk di pikiranku, kapan Faza sembuh ?, berapa hari Faza di RSU ?, berapa uang yang harus aku bayarkan ?, bagaimana aku mendapatkan uang ?..dan lamunaku berkhir setelah dokter datang untuk memeriksa Faza. Tidak lebih dari 5 menit dr. Spesial anak itu memeriksa Faza. Lebih ramah dari praktek di rumahnya, Beliau bilang bahwa anaku terkena mutaber. Busyet hanya dengan 3 menit dr. Spesial anak itu mengantongi Rp. 250.000 hampir sama dengan honor tenaga kontrak selama 30 hari di Kantor kami bahkan lebih besar dari Guru GTT tetangga Saya. Emang kuliah kedokteran perlu pikiran yang tokcer dan biaya mahal tapi apakah Gaji seorang yang bekerja di perpustakaan atau guru GTT mesti serendah itu ? padahal tugas mereka-menurutku- pun semulia tugas doker, bisa mencerdaskan anak bangsa. Oh Indonesia ku ....


Alhamdulillah setelah hari ke-dua kondisi Faza tambah bugar dan sehat.Ketika visite dokter, aku tanyakan kapan anaku bisa pulang. ”Besok” Katanya singkat tapi masih dengan nada ramah . Untuk mengusir kepenatanku Aku ajak Faza jalan-jalan di koridor ruangan dahlia melewati konter perawat, iseng-iseng aku tanyakan berapa biaya yang harus aku siapkan besok. Wuss...! hatiku berdegap kencang ketika perawat memberi angka 4 juta. Dua hari kok habis 4 juta, hitungannya bagaimana ? bagaimana kalau lebih dari 2 hari, tapi aku hanya terdiam, tidak mau tanya bagaimana hitungannya . Salahku sendiri mengapa kok dipindah ke ruang dahlia dan yang penting Faza sudah sehat bermacam pikiran bergelanyut di hatiku. Hari itu juga, Faza, Saya bawa pulang paksa.


Kalau Pak Dahlan Iskan dengan kelebihannya bisa GANTI HATI dengan biaya seharga mercy keluaran tahun 2003, Aku yang hanya perlu 4 juta rasanya COPOT HATI......

Posted by Picasa

Jumat, Februari 08, 2008

Loyalitas tanpa batas (penantian tenaga honorer selama 20 tahun)

Akhirnya datang juga.. ini bukan judul acara reality show di salah satu telivisi swasta tapi , Senin tanggal 4 Pebruari 2008, adalah reality day yang memang telah dinanti-nanti oleh 700 orang tenaga honorer di lingkungan Pemerintah Kota Malang. Mereka sudah menunggu selembar SK bertahun-tahun untuk menjadi PNS. Hari yang sangat membahagiakan bagi mereka.

Salah satu dari mereka adalah Slamet Riyanto yang bekerja di Perpustakaan Umum - Pak Met kami memanggilnya- sudah mengabdi selama 20 tahun, waktu yang tidak pendek untuk sebuah penantian.

Di waktu kami masih baru bangun dari tidur, Pak Met sudah bersih-bersih kantor mulai dari menyapu, mengepel dan lainnya. Setelah apel pagi Pak Met berangkat dengan bis keliling untuk mengunjungi lokasi yang ada di pinggiran Kota Malang seperti Sekolah, Panti Asuhan, Pondok Pesantren, PKK, Lembaga Pemasyarakatan (Penjara) dan lain-lain setelah pulang dari keliling Pak Met mulai bekerja di Kantor mulai dari menata buku, mengolah buku, mengantar surat, angkat-angkat dll.Ketika kami pulang, Pak Met masih tetap berkutat dengan pekerjaan, mulai menyapu, mengepel sampai jam 9 malam..(Kantor kami tutup sampai Jam 8 malam mulai bulan Januari 2008) dan semua itu dikerjakan dengan ikhlas, lapang dada dan senang gembira selama 20 tahun tanpa pernah mengeluh , sepertinya Pak Met tidak pernah kehabisan bensin..

Dan Tuhan pun rasanya tidak tega melihat makhluknya yang dengan super ikhlas dan tabah mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk kemajuan perpustakaan , suatu tindakan yang mulia..dan datanglah Hari itu..

Yang saya tak habis pikir , untuk mengangkat seorang yang sudah mengabdi dengan ikhlas dan tulus menjadi PNS kok menunggu sampai 20 tahun . Siapa yang salah ? sistem , pola perekrutan atau apa yang penting Saya yakin, Pak Met, lagi-lagi, tidak akan mempersalahkan.
Mahal betul arti sebuah loayalitas tanpa batas..
Selamat Pak Met….