Aku agak terkejut ketika mengetahui lauk yang dihidangkan pada makan siang di kantorku.Wader -atau dalam bahasa Bumiayu berarti Benter-dihidangkan dengan lalapan sangat mengudang selera .Anganku terbang jauh ke masa lalu ketika aku dan teman-teman sering mancing atau mekong yang berarti membendung sungai sampai akhirnya airnya habis dan ramai-ramai mencari ikan, ada benter, uceng, lele, urang,tawes dan sebagainya. Ada rasa bahagia yang tak terkira atau dalam bahasa mas Fami-tetangga saya- kemewahan dalam kesederhanaan.Terus yang terbayang di benaku adalah tempat dulu kami bermain, meminjam istilahnya bang Iwan,mandi di kali keruh, mancing welut di sawah dekat SMA Muhamadiyah, atau main bola di lapangan opseteran/kantor DPU atau di lapangan Ikada nonton bola di lapangan Asri yang kalau gol semua pada lari ke tengah lapangan atau kalau pas adu pinalti semua penonton masuk menyemut ke dekat gawang dan yang spetakuler adalah melihat gerak jalan atau karnaval. Semua warga bumiayu berbondong-bondong datang, semua tertawa, semua senang ...Bumiayu adalah kota kecamatan yang terletak wilayah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.Bumiayu adalah pusat aktivitas masyarakat di wilayah Brebes selatan, seperti Tonjong, Cirampok, Paguyangan, Bantarkawung dan Salem dan terletak di daratan tinggi dan dilalui jalur utama antara Purwokerto-Tegal.
Aku juga senang melihat perkembangan Bumiayu yang pesat, dimulai dengan dibangunnya jalan lingkar untuk mengatasi kemacetan setiap lebaran tiba, satu demi satu pembangunan terus digalakan.Tapi Aku kaget ketika tempat kami bermain dulu -opseteran/DPU-menjadi pasar, ada perasaan sedih dan kehilangan...aku juga tidak tahu bagaimana khabarnya lapangan asri, Kali Keruh/kali kalierang,juga khabarnya sawah yang menghijau di jalan menuju Langkap. Aku juga tidak tahu apakah masih banyak ikan di kali atau welut di sawah. masih dinginkah blere, adisana, negaradaha,kali nusu ...?
Semoga saja semangat deru pembangunan tidak memusnahkan ekositem yang ada di Bumiayu. Lihat apa yang terjadi di Kota Malang,kota yang terletak di dataran tinggi dan mempunyai cuaca yang sejuk sudah dilanda banjir di beberapa tempat dan cuaca berangsur-angsur menjadi panas.Hilangnya lahan terbuka, menjamurnya ruko, dan perencanaan tata kota yang tidak optimal ditambah belum sadarnya masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitarnya mempercepat rusaknya lingkungan dan terjadilah bencana yang terjadi hampir di seluruh nusantara.
Anganku terhenti ketika temanku menepuk bahuku. Kulihat Benter yang mengundang selera teringat pula kampung halamanku...Cepat-cepat kumakan, kres...gurih tapi tetap saja terbayang banjir, tanah longsor dan bencana lainnya di beberapa daerah.
Oh..Bumiayu berkacalah....!!!