Kamis, Januari 31, 2008

Doing after accident

Kamis 31 Januari 2008 di siang hari halaman di Perpustakaan Kota Malang ramai kerumunan orang, mereka ramai membicaran sesuatu-yang pasti bukan membicarakan buku-seperti yang biasa mereka lakukan (jumlah pengunjung rata-rata 1000 orang lebih). Ternyata ada salah satu pengunjung yang kehilangan sepeda motor Supra Fit. Mengapa yak kok Honda yang selalu dijadikan sasaran-kata beberapa teman sih mudah menjualnya apalagi kalau didendeng (dipreteli).dan akhirnya penanggung jawab parkir bersedia membayar ganti rugi setengah harga dan keesokan harinya petugas parkir rame-reme membuat portal,” biar tidak kecolongan lagi’ kata Pak Tris.

Tiga bulan yang lalu, di kampungku tepatnya di Ciliwung, Kamis di pagi hari ramai orang berkerumun.Mereka membicarakan rumah yang di satroni oleh kawanan pencuri. Satu kotak perhiasan, tiga buah telepon seleluler keluaran terbaru dan dompet raib. Kesokan harinya Pak RT mengadakan rapat dan akhirnya diadakan giliran jaga kampung (ronda). ’biar tidak kebobolan lagi” kata Pak RT

Memang bertindak setelah kejadian sudah sangat akrab di kehidupan masyarakat kita. Kalau tidak ada kejadian yang penting, kita tidak pernah waspada.Perilaku membuang sampah sembarangan – sebelum ada kejadian banjir yang besar-, beternak hewan yang sembarangan-sebelum ada wabah flu burung-, membiarkan anak seenaknya sendiri – sebelum ada hal negatif pada anak kita, misalnya hamil atau memakai narkoba – dan masih banyak lainnya itu di anggap tindakan yang tidak salah.Kita baru bertindak setelah kejadian itu terjadi dan diketahui khalayak ramai.Itu sah-sah saja dari pada tidak berbuat apa-apa juga ada pepatah yang mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik tapi apakah budaya doing after accident harus tetap kita pelihara. Doing after accident ini memang sudah menjakiti semua masyarakat indonesia ...kalau bukan dari kita untuk menghilangkan budaya ini, lantas siapa lagi?. Ada pepatah ‘menyesal kemudian tidak ada gunanya…’

Aku jadi teringat kedua orang tuaku yang jauh di rumah ( Bumiayu –Jateng). Dulu mereka begitu menyayangiku ditengah keterbatasan. Mereka sudah susah payah berjuang membiayai ke delapan anaknya kapan lagi aku membalasnya selama mereka masih sehat, sebelum kejadian yang menyesakan dada, sebelum....doing after accident...
Ya ALLAH sayangilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangi kami ampunilah mereka ,rahmatilah dan berkatilah mamah dan bapak ku....

Rabu, Januari 30, 2008

Tukul dan budaya minat baca


Tukul dan Budaya Minat Baca

“Kembali ke lap..top!!” adalah istilah yang begitu populer di tengah masyarakat. Jargon tersebut dipopulerkan dalam acara talk show di Trans 7 oleh seorang Tukul arwana yang nota benenya wong ndeso, katrok dan kupret. Ditengah kerasnya persaingan antar stasiun telivisi ternyata acara yang di pandu oleh wong ndeso dan wajah pas-pasan bisa menarik perhatian pemirsa telivisi di seluruh Indonesia bahkan ratingnya meningkat tajam.mengapa? padahal acara serupa juga banyak bahkan presenternya ternama dan kondang, ternyata kekurangan yang dimiliki seorang Tukul bisa diberdayakan menjadi keunggulan acara ini.Hal yang belum diketahui oleh khalayak banyak adalah bahwa untuk menutupi kekurangannya Tukul selalu menenteng dan membaca buku, setiap ada kesempatan baik di rumah , pada saat shoting Tukul selalu menyempatkan untuk membaca buku, bahkan nasib Tukul bisa berubah setelah bertahun-tahun didera kemiskinan setelah membaca buku psikologi karangan Del carnagie.

Budaya baca memang belum menjadi budaya masyarakat indonesia. Masyarakat kita masih terbiasa dengan budaya tutur sehingga membaca masih jarang ditemui di tempat-tempat umum., padahal membaca adalah langkah awal untuk bisa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi maka tidak heran bila Bangsa kita ditempatkan pada urutan 112 dalam publikasi oleh Human Development Report 2003 dibawah vietnam. (109), Thailand (74), dan Brunei Darussalam (31) artinya bangsa kita masih tertinggal dengan negara tetangga. Ada lelucon yang cukup menggelikan, Kalau di Malasia satu orang membacar 7 surat kabar di Indonesia sebaliknya satu surat kabar dibaca 7 orang, jadi untuk mengejar ketertinggalan iptek dengan bangsa lain, selayaknya budaya baca ini terus ditingkatkan. Budaya baca ini harus dilaksanakan di seluruh pelosok Indonesia.

Menurut Sutarno Ns dalam bukunya Perpustakaan dan Masyarakat Budaya Baca adalah suatu sikap dan tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Jadi seseorang yang mempunyai budaya baca adalah bahwa orang tersebut telah terbiasa dalam waktu yang lama di dalam hidupnya selalu menggunakan sebagian waktunya untuk membaca. Untuk mengkondisikan seseorang mempunyai budaya baca harus dibiasakan mulai dari usia dini dan lingkungan yang mendukung. Terus bagaimana dengan mereka yang sejak usia dini belum terbiasa membaca ?
Bangsa kita yang belum mempunyai budaya baca tidak memerlukan macam –macam teori untuk memecahkan masalah kebiasan membaca. Meskipun teorinya bagus tapi kalau tidak pernah di terapkan dan hanya sebagai wacana ya sampai kapanpun tidak akan pernah berubah.Contoh yang nyata sangat diperlukan oleh bangsa kita untuk bisa mengubah budaya baca tersebut.Di sekolah misalnya, pada waktu jam istirahat apa ada para guru menghabiskan waktu luang untuk membaca?Biasanya para guru selalu menggunakan jam tersebut untuk bercengkrama dan ngobrol dengan sesama guru.Tidak ada contoh yang nyata dari para pendidik untuk muridnya. ulet, motivasi tinggi dan membaca buku.

Dalam upaya meningkatkan budaya minat baca perpustakaan nasional telah berupaya agar kampanye kebiasan membaca bisa dijangkau di seluruh wilayah Indonesia melalui iklan layanan masyarakat di telivisi nasional dan swasta.Wajah-wajah seperti Rano Karno, Maudi Koesnaedi, Tantowi Yahya adalah figur yang digunakan perpustakaan Nasional dalam upaya perubahan tersebut. Figur yang dikenal sebagai pribadi yang cerdas, pintar dan terkenal diharapkan bisa mempengaruhi generasi muda untuk mencintai membaca.Tukul bisa menjadi lain, figur yang ndeso, tidak pintar, wajah pas-pasan tapi senang membaca dan berhasil mengubah hidupnya selayaknya di coba Perpustakaan Nasional sebagai Duta Baca Bangsa Indonesia. Fenomena Tukul semoga bisa menjadi virus untuk perubahan budaya baca. Bahwa seorang ndeso yang mempunyai wajah pas-pasan, katrok dan kupret ternyata bisa berubah nasibnya setelah bekeja keras,ulet, motibvasi tinggi dan senang membaca buku. Nanti akan ada jargon lagi Tukul Aja Bisa..!!.
Bagainama Perpustakaan Nasional !

20 Mei 2007

Aremania Batik


AREMANIA BATIK, CINTA ,dan NURDIN HALID

Hingar bingar perhelatan delapan besar Liga Indonesia sontak terkoyak ketika terjadi kerusuhan yang terjadi di Stadion Brawijaya Kediri. ‘Kediri Membara’ begitu headline beberapa surat kabar di tanah air. Dengan dipicu oleh kepemimpinan wasit yang kontroversial yang menganulir tiga gol yang bersarang di gawang Persiwa, Aremania masuk stadion dan terjadilah kerusuhan. Dan ketika aremania pulang pun kerusuhan di luar stadion menjalar setelah diprovokasi oleh oknum persikmania

Melalui sidang Komdis yang super kilat akhirnya diputuskan Aremania tidak bisa mendampingi kesebelasan Arema di seluruh Indonesia selama tiga tahun dan Aremania pun tidak tinggal diam. Suporter penyebar virus kreativitas dan perdamaian ini pun melawan…

Dicekal masuk stadion, Aremania tidak kehilangan kreativitasnya. Kita, pecinta bola diseluruh Indonesia, terkagum-kagum dan kaget-melalui siaran langsung salah satu TV swasta yang menyiarkan langsung-melihat Aremania nekat datang dengan Baju Koko dan Batik bahkan ada yang menggunakan baju penganten.Luar biasa supporter satu ini..

Apa sih yang bisa membuat Aremania bisa berbuat sampai sejauh itu. Padahal kalau dipikir-pikir mendingan melihat Arema bertanding melalui TV di rumah dari pada nonton jauh-jauh ke Sidoarjo yang iklimnya panas menyengat -padahal kebanyakan Aremania menggunakan batik lengan panjang-Kita tidak usah keluar ongkos, nyaman , bisa makan camilan dan nyruput kopi atau teh . Tapi kalau namanya cinta apapun bisa...nah, itu dia CINTA..

Cinta yang membuat Aremania bisa mengamuk di Kediri dan cinta pula yang membuat Aremania kreatif di Sidoarjo. Tergantung dari sisi mana cinta itu muncul. Ketika cinta muncul dengan membabi buta, dengan nafsu terjadilah kediri membara, semua orang sedih semua orang rugi dan ketika cinta datang dengan tulus dan penuh pengorbanan terjadilah kreativitas di Sidoarjo, semua orang tersenyum semua orang senang

PSSI seharusnya belajar banyak dari Aremania Batik ini. Cinta, ketulusan, dan pengorbanan bisa merubah PSSI yang kinerja sudah kita ketahui bersama. Apalah artinya mundur dari ketua PSSI bila dilandasi dengan kecintaan dan ketulusan menyelamatkan persepakbolaan nasional, apalah artinya berkorban mundur dari ketua PSSI bila persepakbolaan nasional tambah lebih baik . Sekarang Pak Nurdin tinggal memilih, ’cinta’ yang membati buta dengan terus duduk menjadi ketua PSSI atau ’cinta’ dengan tulus dan pengorbanan dengan mengundurkan diri menjadi ketua PSSI. Bola sekarang ada di tangan Bapak...Dan Pak Nurdin kan sering pakai Batik...