Kamis, September 18, 2008

Allah mengaduk-aduk hati kami

Anugerah yang luar biasa ketika bertemu dengan orang tua saat mudik benar-benar aku rasakan saat ini. Alhamdulillah patut aku panjatkan karena telah diberikan nikmat yang berlipat dari Allah SAW. Pada tanggal 13 September, Istriku ditelepon oleh pihak Unilever berkenaan dengan undian mudik gratis sariwangi tahun 2008. Katanya untuk pendataan awal saja dan pengumumannya tanggal 19 September pada harian Jawa Pos dan Kompas. Berbunga-bunga hati kami waktu itu. Aku dan istri akan menyimpan 'rahasia' ini rapat-rapat sampe pengumuman pemenang betul-betul keluar.
Pertanyaan besar timbul, pengundian tanggal 12 dan ditelpon tanggal 13 berarti apa ?
apa hanya pendataan saja atau sudah ada pemenangnya. Tapi kami sempat yakin kalau dihubungi pertelpon berarti amplop yang dikirimkan istriku sudah dibuka berari ...
dan Perkabaran dari Allah, begitu aku menyebutnya, adalah ketika membayar tiket travel, aku disuruh bayar tanggal 20 .. hati kami tambah berbunga-bunga ..Perkabaran yang ketiga adalah ketika kami membeli risoles/lumpia untuk orang tadaursan di masjid, pas di depan duduk kami, nongkrong dengan elegannya Toyota Inova.
Bunga-bunga kami sempat layu setelah aku brosing di internet bahwa ada pemenang yang mengaku sudah dapat surat pemberitahuan .. lemas dan sebagainya bercampur aduk, itu terjadi pada tanggal 18 malam. Rencana-rencana yang sudah kami buat jadi berantakan semuanya.
19 September 2008 jam 05.45 .. Allahu Akbar Nama DIANA NUR UTAMI, SPD tercantum di daftar 100 pemenang mudik gratis sariwangi tahun 2008 dengan tujuan BUMIAYU-BREBES ..
La haula wala kuata ilah bilah ... Ya Allah engkau telah mengaduk-aduk hati kami selama satu minggu ..Terimakasih ya Allah .... terimakasih istriku ...

Senin, September 08, 2008

Bumiayu ... No Place Like Home

Mendekati lebaran, khusuknya ibadah puasa mulai terusik. Mulai dari memikirkan baju baru, mempersiapakn kue lebaran, atau mudik bagi yang kerja di luar kampung halaman. Tradisi mudik sudah menjadi kegiatan rutin tahunan yang ada hanya di Indonesia setiap lebaran tiba. Perlu persiapan biaya, pikiran dan tenaga agar perjalanan untuk menemui orang tua atau handai taulan, bisa berjalan lancar. Untuk sebagian orang momen seperti ini memang sudah ditunggu-tunggu, mudik bisa menjadi motivasi pembuktian keberhasilan seseorang setelah bekerja keras selama bertahun-tahun di tanah rantau.

Bagiku, mudik berarti ketemu orang-orang yang paling aku cintai dan sayangi. Ketemu sama Bapak dan Mamah adalah karunia yang tak terhingga. Bercengkarama dengan mas, mbak dan adik-adik adalah momen luar biasa dan bertemu dengan saudara dan teman-teman masa kecil adalah kenangan sangat indah .. Makan sogol, mendoan, kupat tahu, petis adalah Mak nyuss....

Mungkin ada bermacam alasan lain untuk mudik dan alasan lain aku mudik, karena Bumiayu rasanya tidak bisa tergantikan .. No place like home ...

Catatan : Mudik kali ini adalah mudik kali pertama untuk anak keduaku, Faza

Kamis, September 04, 2008

Bioskop Sena

Ketika saat membaca buku yang berjudul Sang Pemimpi tiba pada bagian Bioskop, aku jadi teringat bioskop sena bumiayu. Buku Sang Pemimpi ini adalah bagian dari tetralogi Laskar Pelangi,. Pada buku karangan Andrea Hirata itu diceritakan, karena untuk pelajar dilarang menonton, Ikal, Jimbron dan Arai punya rencana masuk ke bioskop dengan masuk lewat atap dan menunggu sampai 20 jam hanya karena tergoda poster besar yang menampakan perempuan dengan pakaian bikini. Suasana di bioskop yang semarak bila peran protagonis muncul dengan siutan dan tepuk tangan juga sangat mirip dengan suasana bioskop yang letaknya hanya 50 meter dari rumahku.

Bioskop Sena pernah mencapai puncaknya ketika belum muncul VCD Player dan televisi swasta sekitar tahun 1985 ke bawah. Penonton selalu memadati bioskop yang ada satu-satunya di kota Bumiayu waktu itu. Untuk Film best seller, bisa dipastikan penonton akan kesulitan mendapatkan tiket dan itu berarti surga bagi para calo tiket seperti ; Kardi, Koco, Wardi, Penjol, Karjon, Sisho dan lain-lain. Dengan modal tenaga, mereka bisa meraup pundi-pundi rupiah yang sangat lumayan waktu itu.Pundi-pundi itu akan semakin besar bila diputar film mid-night.

Untuk anak-anak kecil yang pengin nonton, kadang mereka ikut orang dewasa yang akan masuk ke bioskop meskipun tidak kenal. Kalau mujur, mereka bisa lolos, kalau penjaga semacam Bah Beger, Pak Dukro atau Maliki telilti, mereka bakal dibentak untuk keluar.Karena ketatnya penjagaan, Urip Sanud, tetanggaku yang sekarang jadi guru fisika, punya rencana yang persis dengan Ikal, Jimbron, dan Arai dalam buku Sang Pemimpi. Urip masuk bioskop ketika bioskop dibersihkan. Sebelum Bapak yang menyapu itu menutup pintu, Urip menyelinap masuk dan sembunyi di bawah bangku. Tapi celakanya karena alasan teknis, bioskop tidak jadi diputar. Terkurunglah Urip selama hampir 10 jam. Urip menangis sejadi-jadinya dan minta dibukakan pintu.

Hampir seperti bioskop-bioskop yang lain di Indonesia, Bioskop Sena tidak bisa mengikuti persaingan dengan televisi swasta dan maraknya VCD Player. Bioskop yang penuh kenangan itu hampir ambruk dalam arti yang sebenarnya. Gedung yang besar dan luas itu terlihat kusam dan tinggal menunggu waktu saja ...